Selamat Datang di Official Blogsite of MISPALA Cosmosentris Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare
Salam Lestari...!

Jarak dan waktu bukan lagi alasan untuk dijadikan penghalang, mari kita eratkan tali persaudaraan melalui dunia maya.
Semoga blog ini bisa menjadi media komunikasi, silaturahmi dan dapat membuat MAPALA Se-Indonesia Lebih Kuat dan Eksis

Sedikit Pengetahuan tentang Gua

PERALATAN 
Peralatan itu dapat dibagi menjadi dua katagori :

A. Perlengkapan pribadi :
Lampu, syaratnya harus bisa ditempelkan pada helm.
Helm, diusahakan yang tidak mudah pecah. Jika ternyata pecah tidak akan melukai kepala.
Coverall (Werkpak), dengan warna yang menyolok.
Sarung tangan, sebaiknya dari kulit yang lemas atau karet.
Sepatu, usahakan yang tinggi sehingga dapat melindungi dari gigitan binatang berbisa atau terkilirnya pergelangan kaki.
Sumber cahaya cadangan, bisa berupa lilin senter korek api.
Peluit, sebagai alat komunikasi darurat.
Perlengkapan tersebut hanya dapat dipergunakan untuk gua Horisontal (datar), atau gua yang agak rumit hingga memerlukan keterampilan untuk mendaki dan menuruni secara bebas tanpa peralatan (Free Climbing).

Perlengkapan pribadi ini harus diperluas apabila hendak melakukan penelusuran dalam jangka waktu yang lama, banyak terdapat air dan banyak memiliki lorong.
Tempat air minum, dibutuhkan bila penelusuran lebih dari 3 jam, dapat pula untuk mengisi tabung karbit.
Makanan, harap dibawa jika menelusuri gua lebih dari 6 jam.
Pakaian, yang kering luar dan dalam.
Pelampung, untuk berenang.
Masker hidung, ini terutama digunakan untuk gua yang banyak Guano-nya (penyebab sakit paru-paru).
Alat tulis kedap air, untuk penelusuran yang rumit dan jauh sebagai catatan perjalanan dan untuk keperluan pemetaan.
Peralatan pemetaan, klinometer, rollmeter, kompas prisma, altimeter, barometer, thermometer dan tripod.
Alat penunjuk jalan, alat ini bisa berupa bendera, benang dll. dipergunakan untuk gua yang banyak lorongnya.
Jam tangan kedap air, penunjuk waktu yang akurat sangat penting dalam penelusuran.
Alat fotografi, untuk keperluan dokumentasi diperlukan kamera SLR, lampu kilat minimum 2 unit, aneka lensa filter, lensa zoom, shutter release, tripod dan bila ada kamera tahan air.

Untuk melakukan eksplorasi gua vertikal atau sumuran, tentunya peralatan tersebut diatas tidak memadai. Untuk keperluan tersebut dikenal suatu cara yang disebut SRT (Single Rope Technique) atau teknik menaiki dan menuruni tali tunggal, maka kita harus melengkapi dengan alat lainnya yaitu :
Sit Harnes (dada), tali pengaman dada.
Harnes duduk, tali pengaman/tambatan pinggang.
Buntut sapi (Cow's Tails) atau tali pengaman darurat.
Maillon Rapide (Delta), penyambung harnes dan tempat mengait alat.
Croll (Chest Jammer) alat menaiki tali.
Hand Jammer, alat menaiki tali.
Decender, alat untuk menuruni tali.
Tali prusik, 2 pasang.
Webbing, tali pita.
B. Perlengkapan kolektif :
Peralatan ini sangat dibutuhkan untuk kegiatan bersama (beregu) dan harus ada seseorang yang bertanggung jawab pada peralatan tersebut. Pemeliharaan barang kolektif ini sebaiknya dilakukan bersama dan dapat juga ditugaskan kepada satu orang. Sebaiknya yang memelihara alat tersebut diserahkan pada orang yang mengerti pada peralatan tersebut, jangan diberikan pada pemula karena sensitifnya peralatan. Namun adakalanya kecenderungan dalam suatu organisasi untuk melimpahkan tanggung jawab tersebut pada pemula, dalam hal ini sangatlah tidak tepat.
Tali, dalam hal ini mutlak diperlukan dalam kegiatan penelusuran gua vertikal. Alat ini sangat sensitif dan nyawa penelusur bergantung pada kualitas dan cara pemeliharaannya. Untuk penelusuran dipergunakan tali statik atau tali Speleo dan diperlukan yang berdiameter 9 - 11 mili. Untuk panjang tali disesuaikan dengan kebutuhan.
Tangga kawat baja, sangat fleksibel dalam penggunaannya dan mudah dibawa. Sangat aman untuk melintasi air terjun terurtama jika rombongan sebagian besar kurang mampu menggunakan peralatan SRT. Tiap penggunaan tangga baja ini harus menggunakan pengaman (Safty line) tali dinamis.
Tas besar (speleo bag), untuk tempat tali atau peralatan yang lainnya.
Perahu karet, untuk mengarungi sungai atau danau.
Pulley, sering disebut dengan katrol dan bermanfaat untuk Rescue.

BAHAYA-BAHAYA 
Survival dalam caving tidaklah dimungkinkan, oleh karena itu kecelakaan di dalam gua selalu berakibat fatal. Karena dilakukan dalam keadaan gelap total maka tingkat kesulitan dan resiko setiap aktifitas adalah 2 kali lipat daripada di luar gua. Apalagi di Indonesia belum ada (belum mampu) membentuk suatu tim rescue (SAR) gua baik secara lokal maupun nasional walaupun telah banyak gua dibuka sebagai obyek wisata. Di luar negeri fasilitas SAR adalah sarana mutlak bagi penyelenggaraan suatu obyek wisata gua.
NSS USA menyebutkan usia minimum penelusur gua (profesional dan amatir)adalah 20 tahun sebagai batas psikologis (kecuali beberapa gua wisata khusus mengijinkan siswa SD masuk). Alasan utamanya karena 90% kejadian kecelakaan menimpa mereka dengan klasifikasi "Young (Teenager) Male Unafiliated Novice" (Remaja/anak laki-laki belasan tahun yang tidak terlatih dan tidak terdaftar pada kelompok speleologi resmi). Namun di Indonesia tidak ada ketentuan batasan umur, bahkan di daerah tertentu seperti di Karang Bolong Jawa Barat remaja belasan tahun telah memasuki gua untuk menambang kapur atau sarang burung walet dengan peralatan tradisional. Maka jelas sekali bahwa kestabilan emosional dan keterlatihan/keterampilan yang memadai adalah syarat utama keselamatan penelusuran. Bahkan secara internasional syarat keterampilan ini seharusnya dinyatakan dalam bentuk sertifikasi yang dikeluarkan melalui kursus / pelatihan resmi oleh Federasi Speleologi setempat (di Indonesia adalah HIKESPI).
Oleh karena itu tidaklah berlebihan apabila kalangan penelusuran gua
memiliki motto keselamatan "SEDIA PAYUNG SEBELUM MENDUNG" sehingga tidak cukup bersiaga dikala ada gejala bahaya namun justru jauh sebelum itu. Maka estimasi perubahan situasi harus senantiasa diperhatikan. Tingginya jam terbang, pengetahuan, keterampilan dan senioritas tidak cukup dijadikan patokan keamanan karena apa yang bakal dihadapi di dalam gua tidak seorangpun dapat memastikan. Etika pencegahan kecelakaan adalah :

Tidak memaksakan menelusuri gua bila badan kurang sehat.
Keterampilan kurang terutama pada gua vertikal.
Peralatan tidak lengkap, kurang terawat dan sudah uzur.
Kesiapan mental kurang (sedang patah hati atau stress).
Anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran, apabila anggota terlemah mengalami gangguan maka saat itu juga penelusuran harus dihentikan tanpa dapat ditawar lagi.
Jumlah anggota kelompok tidak kurang dari 4 orang.
Jangan masuk gua di musim hujan, seorang penelusur gua pada masa ini biasanya cuti kegiatan dan hanya diisi dengan latihan ringan atau memperdalam pengetahuan.
Mintalah ijin kepada orang tua dan aparat daerah setempat dan instansi terkait sekaligus berpamitan dengan sejujurnya tentang tujuan dan lokasi kegiatan, perhatikan dengan cermat serta patuhi segala wejangan atau nasihat mereka.
Tinggalkanlah pesan sebagai berikut :
Hari, tanggal
Nama pemimpin kelompok, alamat, no. telepon
Nama, alamat, telepon anggota lain
Tujuan memasuki gua : ILMIAH/OLAH RAGA/WISATA
Nama gua, lokasi : (dukuh, desa, kecamatan, kabupaten).
Mulai masuk gua pukul, rencana keluar pukul
APABILA SAMPAI PUKUL ..... BELUM KELUAR GUA MAKA MUNGKIN TELAH TERJADI KECELAKAAN MAKA HARAP SEGERA MELAPOR KEPADA LURAH,
POLISI DAN MEMINTA BANTUAN DENGAN MENGHUBUNGI: - NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON, NAMA, ALAMAT, NOMER TELEPON SEGALA PERONGKOSAN/UANG YANG DIPERLUKAN UNTUK MENERUSKAN BERITA INI AKAN DIGANTI DUA KALI LIPAT. TERIMA KASIH.
Formulir ini diberikan kepada pejabat dan instansi berwenang setempat dan ditempel di kaca mobil.

Macam-macam bahaya
Terjatuh, seringkali akibat kesalahan estimasi terhadap jarak (distorsi) karena gelap. Melompat adalah hal yang haram dalam kegiatan penelusuran gua. Kekurangan oksigen dan gas beracun, lorong penuh kelelawar atau tumpukan guano, banyak terdapat akar pohon menjulur, tidak berair, berbau belerang dan pengap harus dihindari karena penuh dengan kandungan gas beracun seperti CO dan HS. Tanda-tanda umum kurangnya oksigen atau serangan gas racun biasanya terjadi pening dan halusinasi. Keruntuhan atap dan meledak, adalah kejadian tak terduga yang tidak dapat dihindari bisa diakibatkan gempa bumi atau ledakan dalam gua (jangan membuang sisa karbit dalam gua atau masuk ke lorong penuh guano dengan lampu karbit). Untuk menghindarinya perhatikan apakah lokasi tersebut merupakan bekas penambangan kapur atau dekat dengan lokasi peledakan dinamit sebuah proyek. Banjir, bisa dideteksi bila terdengar suara gemuruh dalam lorong, air sungai yang terasa hangat dan terlihat sampah hanyut dalam aliran air. Perhatikan batas air di dinding sehingga dapat diperkirakan ketinggian air saat banjir, tentukan juga sebuah lokasi atau cekungan di atas batas banjir sebagai tempat berlindung darurat bila terjebak banjir Hewan berbisa, walaupun menurut pakar biospeleologi mereka ini hidup di daerah mulut gua sampai 100 m. ke dalam namun bisa saja hewan seperti ular ditemui jauh di dalam gua karena terhanyut aliran air atau terperosok ke dalam dari atap atau ventilasi gua. Hindarilah cekungan dan lobang di sekitar mulut gua karena di tempat itu mereka bersarang. Bahaya lain adalah gigitan atau kelelawar dapat mengakibatkan rabies, kotorannya (guano) menyebabkan histoplasmosis (penyakit jalan pernafasan seperti TBC). namun umumnya hewan gua tidak mengganggu.

Eksposure, hipotermia dan dehidrasi sangat mungkin terjadi akibat terpaan angin kencang dari aven (ventilasi gua atau jendela karst), baju yang basah karena berendam terlalu lama dalam air gua. Dehidrasi dapat dihindari dengan jalan minum sebelum haus (ingat sedia payung sebelum mendung) karena minum di saat haus datang berarti sudah sangat terlambat karena lebih dari 25% cairan tubuh telah lenyap, ingat penguapan cairan dan panas tubuh dalam gua terjadi sangat cepat tanpa terasa (bahkan dapat dilihat dengan jelas uap air yang keluar dari tubuh bila dilihat dengan sorot lampu)
Kegagalan peralatan, kelengkapan dan kecanggihan peralatan bukan jaminan apabila tidak diikuti dengan perawatan dan pengetesan rutinBahaya terbesar bagi penelusur gua 99% justru adalah di jalan raya, kelelahan akibat padatnya jadwal penelusuran mengurangi konsentrasi pada saat mengemudi. Jalan terbaik sewalah pengemudi profesional yang tidak terlibat dalam tim sebagai tenaga penunjang mobilitas.


 
Powered By Landak | Portal Design By STAIN Parepare © 2009 | Top